Di Bawah Langit Tersaput Gradasi Biru
Derit tubuh perahu dibelai segara tampak oleng ke kiri dan ke kanan, di sela air tenang sesekali beriak. Anggun berjejer tubuh-tubuh perahu nelayan dengan seutas tali tertambat.
Langit tersaput gradasi biru sebiru pengharapan di semesta asa nelayan, perairan luas tiada batas. Adalah harapan beragam hewan amis terperangkap di jaring-jaring lebar ditebar.
Hari ke hari dengan ritme yang sama aroma laut yang khas menyapa penciuman, deru segara berdesir meniup pesisir. Ombak bergulung lalu pecah di bibir pantai bawa serta buih.
Berbekal Lampu patromax serta jeriken berisi bahan bakar tak luput dibawa guna melaut sejenak meninggalkan daratan. Menuju tempat perburuan mencari kerumunan ikan.
Laut tak berujung rindu di larung, hingga kelak sua dan menepi di daratan. Disambut anak-anak tak beralas kaki berlari-lari kecil menyongsong lelaki legam beraroma matahari
Nelayan dipaksa menantang maut menyaksi keganasan ombak serta badai datang menombak, perahu oleng sejenak beringsut menembus tirai badai. Lalu kembali laju.
Nelayan dan ombak denyut nadi Bahari, bergulat dengan cuaca sukar diprediksi. Berseteru dengan waktu di biru samudra dan di biru angkasa. Hingga kehabisan waktu.
Di sini tampak
kepulan asap dari tubuh
hewan laut dipanggang di atas tumpukan merah bara. Aromanya meliuk menari di ujung penciuman amat tajam.
Jakarta, 12/10/2023
Hera Veronica Seherman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H