Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Bawah Langit Tersaput Gradasi Biru

12 Oktober 2023   08:09 Diperbarui: 12 Oktober 2023   08:16 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Bawah Langit Tersaput Gradasi Biru

Derit tubuh perahu dibelai segara tampak oleng ke kiri dan ke kanan, di sela air tenang sesekali beriak. Anggun berjejer tubuh-tubuh perahu nelayan dengan seutas tali tertambat.

Langit tersaput gradasi biru sebiru pengharapan di semesta asa nelayan, perairan luas tiada batas. Adalah harapan beragam hewan amis terperangkap di jaring-jaring lebar ditebar.

Hari ke hari dengan ritme yang sama aroma laut yang khas menyapa penciuman, deru segara berdesir meniup pesisir. Ombak bergulung lalu pecah di bibir pantai bawa serta buih.

Dokpri
Dokpri
Berbekal Lampu patromax serta jeriken berisi bahan bakar tak luput dibawa guna melaut sejenak meninggalkan daratan. Menuju tempat perburuan mencari kerumunan ikan.

Laut tak berujung rindu di larung, hingga kelak sua dan menepi di daratan. Disambut anak-anak tak beralas kaki berlari-lari kecil menyongsong lelaki legam beraroma matahari

Nelayan dipaksa menantang maut menyaksi keganasan ombak serta badai datang menombak, perahu oleng sejenak beringsut menembus tirai badai. Lalu kembali laju.

Dokpri
Dokpri
Nelayan dan ombak denyut nadi Bahari, bergulat dengan cuaca sukar diprediksi. Berseteru dengan waktu di biru samudra dan di biru angkasa. Hingga kehabisan waktu.

Di sini tampak
kepulan asap dari tubuh
hewan laut dipanggang di atas tumpukan merah bara. Aromanya meliuk menari di ujung penciuman amat tajam.

Jakarta, 12/10/2023
Hera Veronica Seherman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun