Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Degradasi Moral di Lautan Peradaban

15 September 2023   06:25 Diperbarui: 15 September 2023   06:28 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Degradasi Moral di Lautan Peradaban

Pembinaan dimulai dari ruang lingkup yang lebih kecil dahulu yakni di tengah tatanan keluarga, rumah sejatinya tak sekedar menjadi tempat bernaung dari panas dan terik terpaan cuaca yang tak terduga dan dapat berubah-ubah.

Melainkan menjadi tempat bagi pembentukan karakter serta membangun mentalitas, tempat bagi anak-anak mempelajari perihal atittude, adab sopan-santun serta budaya respect.

Serta tempat di mana mengalirkan diskusi-diskusi hangat, bebas mengemukakan pendapat dan tentunya beradu argumentasi. Tanpa intimidasi, emosi dan arogansi.

Serta tempat di mana anak-anak menerima transfer ilmu, berupa ajaran-ajaran kebaikan, disampaikan dengan sikap penuh welas asih serta petuah-petuah bijak.

Dokpri
Dokpri
Larangan perihal ketidakpatutan dan hidup senantiasa berpedoman pada norma-norma yang ada di tatanan kehidupan bermasyarakat, di tengah tumbuh kembang masa-masa peralihan ( Pubertas ).


Anak-anak secara tak langsung cenderung meniru perilaku orang dewasa yakni orangtua, dan ia menyerap segala sesuatunya dari lingkungan sekitar serta dari kehidupan bertetangga.

Anak-anak ketika di rumah terkesan menjadi anak baik-baik yang penurut, namun ketika berada di luar tembok rumah maka ia bisa saja. Terkontaminasi pergaulan, yang berdampak buruk.

Dokpri
Dokpri
Hendaknya selaku orangtua memberikan bekal ilmu agama serta pemaham yang cukup sebagai filterisasi diri, agar kelak menjadi perisai bagi sang anak itu sendiri. Sedianya tak melakukan perbuatan yang tercela serta tak terpuji.


Dan sejatinya tak terseret arus deras pergaulan bebas, di tengah lautan peradaban yang diam-diam menghanyutkan dan menenggelamkan. Yang dapat melunturkan nilai-nilai kepatuhan serta melemahkan sendi-sendi moralitas.


Realita tak terbantahkan anak melontarkan ujaran kebencian, berbicara kata-kata kotor di muka umum tanpa tedengaling. Melakukan tindak kekerasan perkelahian antar pelajar. Pergaulan bebas tanpa batas.

Dan serangkaian aksi-aksi lainnya yang membuat selaku orangtua mengkernyitkan dahi lalu mengusap dada lantaran labil masa transisi. Di tengah kancah masa-masa sulit.

Dokpri
Dokpri
Rengkuh anak tampung segala keluh kesahnya, anak butuh didengar tak melulu hanya mendengar perintah. Seruan-seruan agar jadi anak yang manis dan patuh pada titah orangtua.


Namun sebaliknya tersisih dan terabai, kering kerontang jiwanya akan sikap peduli juga kasih sayang, dekap erat dengan tulus cinta kasih. Hingga ia akan senantiasa kembali ke rumah.

Jadilah kawan bagi anak agar anak tak mendapatkan dari dunia luar, berupa saran atau pun input-input yang sebaliknya malah hanya menjerumuskan diri dan masa depan.

Dokpri
Dokpri
Hidupkan pijar lentera kehangatan keluargaJadikan rumah tempat yang nyaman bagi rangkaian cerita-cerita kehidupan, agar anak tak terdampak Degradasi Moral di lautan Perdaban.

Jakarta, 15/9/2023
Salam Kompasiana
Hera Veronica Suherman
[15/9 06:15] Teteh: Degradasi Moral di Lautan Peradaban

Pembinaan dimulai dari ruang lingkup yang lebih kecil dahulu yakni di tengah tatanan keluarga, rumah sejatinya tak sekedar menjadi tempat bernaung dari panas dan terik terpaan cuaca yang tak terduga dan dapat berubah-ubah.

Melainkan menjadi tempat bagi pembentukan karakter serta membangun mentalitas, tempat bagi anak-anak mempelajari perihal atittude, adab sopan-santun serta budaya respect.

Serta tempat di mana mengalirkan diskusi-diskusi hangat, bebas mengemukakan pendapat dan tentunya beradu argumentasi. Tanpa intimidasi, emosi dan arogansi.

Serta tempat di mana anak-anak menerima transfer ilmu, berupa ajaran-ajaran kebaikan, disampaikan dengan sikap penuh welas asih serta petuah-petuah bijak.

Larangan perihal ketidakpatutan dan hidup senantiasa berpedoman pada norma-norma yang ada di tatanan kehidupan bermasyarakat, di tengah tumbuh kembang masa-masa peralihan ( Pubertas ).

Anak-anak secara tak langsung cenderung meniru perilaku orang dewasa yakni orangtua, dan ia menyerap segala sesuatunya dari lingkungan sekitar serta dari kehidupan bertetangga.

Anak-anak ketika di rumah terkesan menjadi anak baik-baik yang penurut, namun ketika berada di luar tembok rumah maka ia bisa saja. Terkontaminasi pergaulan, yang berdampak buruk.

Hendaknya selaku orangtua memberikan bekal ilmu agama serta pemaham yang cukup sebagai filterisasi diri, agar kelak menjadi perisai bagi sang anak itu sendiri. Sedianya tak melakukan perbuatan yang tercela serta tak terpuji.

Dan sejatinya tak terseret arus deras pergaulan bebas, di tengah lautan peradaban yang diam-diam menghanyutkan dan menenggelamkan. Yang dapat melunturkan nilai-nilai kepatuhan serta melemahkan sendi-sendi moralitas.

Realita tak terbantahkan anak melontarkan ujaran kebencian, berbicara kata-kata kotor di muka umum tanpa tedengaling. Melakukan tindak kekerasan perkelahian antar pelajar. Pergaulan bebas tanpa batas.

Dan serangkaian aksi-aksi lainnya yang membuat selaku orangtua mengkernyitkan dahi lalu mengusap dada lantaran labil masa transisi. Di tengah kancah masa-masa sulit.

Rengkuh anak tampung segala keluh kesahnya, anak butuh didengar tak melulu hanya mendengar perintah. Seruan-seruan agar jadi anak yang manis dan patuh pada titah orangtua.

Namun sebaliknya tersisih dan terabai, kering kerontang jiwanya akan sikap peduli juga kasih sayang, dekap erat dengan tulus cinta kasih. Hingga ia akan senantiasa kembali ke rumah.

Jadilah kawan bagi anak agar anak tak mendapatkan dari dunia luar, berupa saran atau pun input-input yang sebaliknya malah hanya menjerumuskan diri dan masa depan.

Hidupkan pijar lentera kehangatan keluarga
Jadikan rumah tempat yang nyaman bagi rangkaian cerita-cerita kehidupan, agar anak tak terdampak Degradasi Moral di lautan Perdaban.

Jakarta, 15/9/2023
Salam Kompasiana
Hera Veronica Suherman

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun