Degradasi Moral di Lautan Peradaban
Pembinaan dimulai dari ruang lingkup yang lebih kecil dahulu yakni di tengah tatanan keluarga, rumah sejatinya tak sekedar menjadi tempat bernaung dari panas dan terik terpaan cuaca yang tak terduga dan dapat berubah-ubah.
Melainkan menjadi tempat bagi pembentukan karakter serta membangun mentalitas, tempat bagi anak-anak mempelajari perihal atittude, adab sopan-santun serta budaya respect.
Serta tempat di mana mengalirkan diskusi-diskusi hangat, bebas mengemukakan pendapat dan tentunya beradu argumentasi. Tanpa intimidasi, emosi dan arogansi.
Serta tempat di mana anak-anak menerima transfer ilmu, berupa ajaran-ajaran kebaikan, disampaikan dengan sikap penuh welas asih serta petuah-petuah bijak.
Larangan perihal ketidakpatutan dan hidup senantiasa berpedoman pada norma-norma yang ada di tatanan kehidupan bermasyarakat, di tengah tumbuh kembang masa-masa peralihan ( Pubertas ).
Anak-anak secara tak langsung cenderung meniru perilaku orang dewasa yakni orangtua, dan ia menyerap segala sesuatunya dari lingkungan sekitar serta dari kehidupan bertetangga.
Anak-anak ketika di rumah terkesan menjadi anak baik-baik yang penurut, namun ketika berada di luar tembok rumah maka ia bisa saja. Terkontaminasi pergaulan, yang berdampak buruk.
Hendaknya selaku orangtua memberikan bekal ilmu agama serta pemaham yang cukup sebagai filterisasi diri, agar kelak menjadi perisai bagi sang anak itu sendiri. Sedianya tak melakukan perbuatan yang tercela serta tak terpuji.
Dan sejatinya tak terseret arus deras pergaulan bebas, di tengah lautan peradaban yang diam-diam menghanyutkan dan menenggelamkan. Yang dapat melunturkan nilai-nilai kepatuhan serta melemahkan sendi-sendi moralitas.
Realita tak terbantahkan anak melontarkan ujaran kebencian, berbicara kata-kata kotor di muka umum tanpa tedengaling. Melakukan tindak kekerasan perkelahian antar pelajar. Pergaulan bebas tanpa batas.
Dan serangkaian aksi-aksi lainnya yang membuat selaku orangtua mengkernyitkan dahi lalu mengusap dada lantaran labil masa transisi. Di tengah kancah masa-masa sulit.
Rengkuh anak tampung segala keluh kesahnya, anak butuh didengar tak melulu hanya mendengar perintah. Seruan-seruan agar jadi anak yang manis dan patuh pada titah orangtua.