Tiga Butir Angkung Untuk Papa
Semula Papa sehat dan Bugar kendati telah berusia sepuh, ke mana-mana Papa kerap mengenakan jaket kulit ketika mengendarai motor bongsor miliknya. Meski telah lanjut usia namun Papa sangat berjiwa muda dan gemar berkendara..
Namun semua itu berubah drastis semenjak Papa terjatuh dari susunan anak tangga bambu yang telah lapuk, ketika hendak membersihkan talang air lantaran dipenuhi dedaunan yang tersangkut membuat jalan air turun tersendat.
Kepala bagian belakangnya terbentur keras ke aspal, dan Papa mengalami cidera di bagian kepala/gegar otak. Setelah melalui CT Scan Thorax didapati Gumpalan darah beku menyumbat Karena itu Papa mengalami Stroke.
Stroke seketika mengubah kehidupan dan dunia Papa, Papa yang biasanya sangat aktif kini hanya berdiam diri. Sekedar duduk di atas kursi Roda seakan tak bergairah menatap hidup terlebih tak bisa seperti biasa berkendara.
Selepas keluar dari ruang rumah sakit yang pengap, ditambah kondisi papa masih belum stabil. Aku dan Adik membawa Papa berobat rawat jalan dan pergi ke Sinshe mengikuti serangkaian terapi agar Papa bisa seperti semula.
Maka diberilah ramu-ramuan berupa akar-akaran, dedaunan kering, serta biji-bijian. Yang kesemua itu digodok di poci lalu disaring dipisahkan dari ampasnya diambil hanya sari patinya di minum 3x sehari begitu untuk seterusnya.
Dan terakhir tiga butir Angkung bentuknya seperti dodol atau permen jahe teksturnya lunak berukuran kecil disinyalir berkhasiat menyembuhkan penderita Stroke. Caranya cukup dikunyah seperti layaknya orang tengah makan sesuatu.
Selama sakit dan dirawat di Rumah Sakit 14 hari Papa tak pernah mau makan nasi.sama sekali, yang dikonsumsi hanyalah ceker Ayam di masak tumis bunbu kuning sedikit pedas. 2 kg ceker ayam berukuran jumbo dihabiskan per-hari.
Serta makan bubur ketan hitam kental tak memakai santan anehnya hanya dua makanan itu saja yang Papa makan dengan lahap selama berbulan-bulan selebihnya tak mau makan apa-apa meski telah dibujuk rayu berbagai cara.
Papa semula tak bisa berdiri tegak untuk makan tubuhnya harus di topang, lambat laun kesehatan Papa mulai berangsur-angsur membaik yang semula makan disuapin kini bisa makan sendiri dengan tangan miliknya.