Mendandani Puisi
Aku manalah suka bersolek
memberi dempul pada muka
hingga wajah terlihat pucat
seakan tak berdarah
sepucat warna boneka salju
Membentuk lengkung alis
berlama-lama di kaca
demi mensejajarkan sudut
kemiringan hingga jadi
alis yang paripurna selegam arang
Memulas gincu tebal-tebal
setebal hak sol sepatu
dengan warna kelir menyala
buat bibirku serasa ikutan menebal
bak disantok kawanan tawon beringas
Tak lupa menyemprotkan
minyak wangi di lipatan ketiak
di leher jenjang bagian belakang
serta dipunggung lengan
bermandi aroma mewangi
Aku lebih suka mendandani Puisi
di sela-sela seruputan kopi pagi
dari mulai kopi dikerubuti.songgeng
pinggul milik para penari asap
hngga penari pergi dan lesap
Tanpa berucap kata permisi
dan tahu-tahu kopi panas
menjelma dingin sedingin
hati yang terabaikan selepas
mendaki puncak kecewa
Sungguh aku suka merias puisi
yang semula terlihat pucat pasi
memberi sehelai pakaian diksi
agar tampak berseri-seri
seperti seulas senyum Mentari
Hangati persada Literasi
acap kali aku memeluk
sajak-sajakku
H 3 R 4
Jakarta, 13/01/2023