Jangan Pasung Puisi Hingga Pucat Pasi
Mungkin puisi-puisiku basi
layaknya makanan yang tak dipanasi
di atas wajan hingga terasa kecut sekali
Tak mengapa aku tak ambil peduli
menulis larik-larik sekedar ikuti
kata nurani menuntun jemari
Barangkali diksi-diksiku terasa garing
bak kerupuk udang digoreng kering
terlalu lama terendam di minyak panas
Berbentuk agak kerinting
bahkan nyaris gosong
lagi-lagi bagiku tak mangapa
Masih dapat dicicipi serta dinikmati
setidaknya.oleh diriku sendiri
dengan gigitan dan patahan kriuknya
Mungkin puisi-puisiku pucat pasi
seperti wajah penderita sakit
yang tak dialiri merah darah
Maka biarlah pasi setidaknya
dalam pasi disuatu hari
pernah terlihat segar
Aku merdeka dalam merangkai kata
menjadi apa yang kuingini
dalam liar kepak sayap-sayap imaji
Aku gemar mendobrak tatanan yang ada
serta kaidah-kaidah Sastra
tak peduli suara-suara sumbang
Aku merdeka dalam meracik diksi
di atas kuali milikku sendiri
meski ramai ragam rasa
Berbeda tak harus sama
sebab rasa tak bisa dipaksa
masing-masing punya sendok takar
Dan kendati patah pena jiwa
maka akan kuserut kembali
hingga runcing tak tumpul lagi
Aku Merdeka merangkai aksara
hingga menjadi setangkai puisi
yang kutaruh di dalam Vas kaca rasa
H 3 R 4
Jakarta, 11/01/2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H