Riuh di Keheningan Riak dalam Ketenangan
Kataku
mengapa hidup dalam
sarang berandal
tempat bajingan tengik berkeliar
Katamu
di sini arusnya tenang
hanya saja terkadang
terjadi gelombang Tsunami
Mencipta CHAOS
dan baku hantam
adalah hal yang biasa
di dunia yang kelam
Sekedar bertahan hidup
di kehidupan jalanan yang keras
yang mana yang lemah
terinjak dan tertindas
Dengan tertawa kecut
dan sorot mata tajam
setajam badik seperti hendak
menguliti dan mencabik paras malam
Seraya memelintir batang cerutu
yang terjepit di sela jemari
lalu mensesapnya
dalam-dalam lantas dihembuskan
Masih kataku
kau suka dengan kehidupan
malam yang kelam
berisi jiwa-jiwa berkerak hitam
Dan nadi-nadi mengalir
deras darah hitam
di selembar langit malam
yang teramat pekat
Dan masih katamu
bukan perkara
suka ataupun tak suka
sekedar jalani saja
Ke mana arah langkah
kaki menuju dan membawa
sekedar ikuti Destiny
dan akhirnya terdampar di sini
Yang penting kuat pendirian
agar tak terseret arus
lantas hanyut jadi
seonggok sampah
Dan nikmati saja
riuh di keheningan
riak dalam ketenangan
ujarmu Diplomatis
Lantas kaubuang jauh
pandanganmu di sekeliling
menjerang pekat
dan aku terdiam tercekat
H 3 R 4
Jakarta, 27/12/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H