Kereta Menuju Alam Baka
Dari balik jendela
sepasang mata
lekat melumat rel baja
Bibir mungilnya terkatup
bergeming seribu bahasa
tak meluncur kata
Sebab kata-kata
ditelan gaduh acapkali
menyeduh seisi ruang
Kepalanya berlompatan
dan berhamburan
pada suatu tempat
Bernama "Entah"
sorot netranya tak jemu
menyisir bulir-bulir kerikil dekil
Memeta sisi kanan-kiri
bangunan yang dilintasi
jalur sembrani berlari
"Hendak menuju ke mana kereta ini Tuan"
tanyanya polos pada pria paruh baya
yang berdiri di sebelahnya.
"Kereta ini menuju pemberhentian terakhir Dik"
ujar sang pria paruh baya bernada santun seraya tersenyum ramah.
"Adik hendak ke mana"
masih tanya lelaki itu dengan
sorot mata dijilat lidah-lidah keingintahuan.
"Saya ingin menjumpai Ibu di Alam B A K A"
Ujarnya bernada dingin sedingin tatap mata
seakan tak berjiwa.
Lantas berlalu meninggalkan
pria paruh baya yang terperangah
diselimuti keheranan
Lidahnya serasa kelu
ditelannya ludah sebab
tenggorokannya serasa tercekik
Tak berselang lama
Aroma tajam stanggi serasa
menusuk penciuman
Seiring anak kecil lenyap dari pandangan
sontak bulu tengkuknya meremang
ditepisnya pikiran yang bukan-bukan
H 3 R 4
Jakarta, 23/12/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H