Lidah Matahari dan Kopi Pagi
Lidah Matahari
terjulur pada genangan pekat
sepertinya ia ingin meloncat
dari punggung cakrawala
Dan duduk bersamaan
andai bisa turut serta
mencicipi si hitam yang
teronggok di serambi pagi
Bersama lelaki bercaping
yang tengah tampak nikmat
basuh kerongkongan
dalam setiap tegukan
Sebelum mulai mengarit
batang leher tangkai padi
hingga kemudian luruh terkulai
beralas tanah merah nan pecah
Liur Matahari menetes
kian deras seakan ingin
menyereruput hingga tandas
layaknya keringat terperas
Takada sekerat nikmat
yang dapat didustakan
dari aroma kopi yang melipir
dan kemudian mampir
Di ujung penciuman
diseruput berbarengan
di antara jilatan Matahari pagi
yang suam-suam kuku
H 3 R 4
Jakarta 14/12/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H