Aku Bersimpuh di Makammu
Aku datang menyambangi peristirahatanmu
duduk bersimpuh dengan hati rapuh
Seraya memeluk ringkih pilu lidah amat kelu
kepingan ingatan di kepala memutar
Kenangan-kenangan tak lebur dan hancur
dikoyak kapak waktu memisah kau-aku
Mendadak aku yang semula tegar tiba-tiba
tertunduk lesu tak kuasa angkat kepala
Sorot mata dilumuri sendu menatap hijau
rerumputan selimuti gunduk makammu
Ada isak tangis yang.sejatinya tersamarkan
namun bahuku tak kuasa sembunyikan
Mataku memerah gerimis jadi hujan tangis
dan aku pun menangis sedu sedan
Gugur helai daun yang telah menguning
dipetik ajalnya jatuh di atas lututku
Dan gesek dedaunan mencipta orkestra
serasa paling menyayat nurani
kidung lara bersama sehelai kebisuannya
buat lunglai sekerat tubuh jiwa
Aku menyambangimu dan selalu saja
mataku meramu permata yang
pecah dan hancur sehancurnya sukma
menyaksi kau tinggal nama dan
Kudapati makammu dalam selimut diam
H 3 R 4
Jakarta, 14/11/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H