Perempuan Tangguh Itu dan Gerobak Lusuhnya
Perempuan tangguh itu kerap melintas entah jelang sore hari atau pun malam hari, mendorong gerobak lusuhnya dengan payung terkembang.
Sepertinya sepanjang jalan di sebrang menjadi rutenya beroperasi. Mengais remah sisa limbah rumah tetangga yang tak lagi dipergunakn orang.
Sementara di dalam gerobak berisi hasil pulung yang sigap dan dikesampingkannya rasa malu. Mengais apa saja benda yang sekiranya laku.
Untuk dijual ditukar hingga menjadi lembar rupiah, guna menghidupi jagoan kecilnya. Dua bocah lelaki yang kerap di bawanya serta dalam gerobak.
Sebelumnya perempuan tangguh itu memulung menjinjing karung, sementara dua anak lelakinya digendong sekaligus di depan dan di belakang.
Mengendong dua orang anak sekaligus sepanjang meniti perjalanan sudahlah berat, ditambah lagi kehidupannya yang jauh lebih berat dan amat sukar
Tak lelah kakinya susuri bentang jalan netranya mencari-cari, jemarinya mengais isi perut tempat sampah setumpuk harta berharga dibuang orang.
Bisik nuraniku bertanya dimanakah suaminya sampai hati membuatnya harus turun ke jalan, mengayuh gerobak harapan akan sampah tercecer.
Kehidupan amatlah keras terkadang demi sebungkus nasi dan demi kelangsungan hidup harus terlebih dahulu berjibaku dengan rasa sukar.
Dan harus bertikai dengan belati keadaan ataupun dengan parang kenyataan, sebab sejatinya hidup tak semudah menadahkan tangan menjual iba.
Bagi mereka-mereka yang mau berusaha memutus mata rantai kesukaran dan pantang mengemis. Merekalah orang-orang yang bermartabat.
H 3 R 4
Jakarta, 11/11/2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI