Merindu Puan
Puan langit kelam
segara tak segan menampar
jiwa-jiwa kesepian
ombak menggelepar
seperti dadaku yang berdebar
menanti puan menyambut
pialang rasa yang kuulurkan
Tak peduli beribu tahun lamanya
aku tetap setia menanti
hari berganti bulan
bulan berganti tahun
menghitung butir-butir pasir kesepian
di hamparan hati nan senyap
tanpa gita cinta
Di atas bebatuan pemecah ombak
di rinduku yang jalang berteriak
ingin kuhancurkan jarak
hingga pecah dan terserak
tak peduli tapak-tapak harapku
terinjak lantas dilukai perih kenyataan
serasa tersambar petir menyentak
Puan aku ringkih tanpamu
layaknya seekor serigala
kehilangan taringnya dan
laksana raja rimba yang tersingkir
dari wilayah jajahannya
dan terusir dari tanah kekuasaannya
tak berkutik tuk lakukan apa-apa
Dan bagaikan seekor banteng
yang patah tanduknya hingga
tak bisa lagi menyeruduk buat takluk
hanya kepada puan aku mencandu
buat lebam-lebam jiwa
memahat amat dalam rasa damba
buat aku kian menggila
H 3 R 4
Jakarta, 31/10/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H