Residivis Kambuhan dan Nasi Cadong
Tak jera bolak-balik bui
pikirnya dalam hotel prodeo
masih bisa makan gratis
meski nasi cadong
Begitu pikir otak pemalas
yang taunya makan kenyang, ngelepus
serta asal ada kopi hitam sebab
jalan hidup dan benak terlanjur kelam
Ketimbang berkeliaran di luar
macam ayam mengais
remah-remah makanan
yang ditabur di tanah penghidupan
Lagi-lagi pikir di kepala
sukar orang percaya dan takada
yang mau mempekerjakan ex napi
sebentar-bentar keluar masuk bui
Alhasil jadi penganggur
yang benar-benar nganggur
sedang mulut tak bisa
hanya disumpal dengan angin
Maka otak kotornya
bekerja secepat kilat
secepat lengan copet
memindah dompet
Menjarah motor di parkiran
membegal emak-emak di atas angkot
dan seabrek kegiatan lihai lengan
kian banyak jam terbang kian terampil
Wahasil terali besi jadi
tempat zona nyaman
residivis kambuhan yang tak jera
malang-melintang di dunia hitam
Dan para Petugas Sipir pun
hanya geleng-geleng kepala
melihat lengan di borgol
seraya berujar
"Elu lagi-Elu lagi. . . .
nggak bosen-bosennye lu di mari"
sang napi pun jalan engklek-engklekan
sembari menyeret kakinya yang
Tertembus peluru
terlihat ceceran getih
di sela rintih
H 3 R 4
Jakarta, 15/10/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H