Pada Angin yang Jahil Menjawil
Kota bermandi pendar cahaya
laksana serbuan
bala tentara kunang-kunang
beri cahaya terang
Semesta dipenuhi serpihan
gemintang yang
bagai remah mutu manikam
indah berkilau
Kugurat cinta di angkasa
rembulan pun
mengintip dari balik tirai
seraya tersenyum
Amat nakal menggoda
buat terkesima
di sela kerling binal
kutersipu malu
Sembari mengigit ujung
kuku waktu
merinduimu bak candu
kerap kusesap
Kugores segenap rasa pada
paras jagad raya
setinggi kepak sayap harap
tak pernah patah
Di sini di penghujung hari
di hitam lazuardi
aku menyublim noktah asaku
tak redup pijarnya
Pada embus angin yang mampir
dan jahil menjawil pipiku
aku berbisik lirih di telinga kesepian
hadirlah kekasih dan
Peluk resah gelisah jiwa malam ini
H 3 R 4
Jakarta, 09/09/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H