Menyaksi Peracik Diksi di Bumantara Puisi
Sang Penyair kerap menghiba
seakan telah musnah aksara
ditelan gundah gulana seraya
menelan deras tetesan liurnya
Aksara-aksara berhambur
seperti semakin dalam terkubur
dalam ratap pilunya pada semesta
yang menyimpan beribu tanya
Tenggorokan rasa tercekik
gairah nyaris mati suri menyaksi
para peracik diksi di Bumantara puisi
terbang liar berkelana dengan
Kepak sayap-sayap imaji
lantas menanggalkan selembar
jubah tebal jumawa dan menguntai
mutiara kata tanpa berkeluh kesah
Goreskan aksara sepenuh jiwa
semarakan lazuardi diksi
dan takkan pernah berhenti hingga
daun usia menguning dan luruh
Dari dahan dan tangkai hidup
terpelanting ke atas kening
merajut aksara dalam hening
di jalan senyap nan lengang
Biarkan kata bergema
usah dibungkam sebab ia
akan terus menggeliat
dan berujung pada pahat
H 3 R 4
Jakarta, 06/08/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H