Bahari di Nadi
Lelaki berkulit legam
berkilat dijilat mentari
panas membakar
sorot mata menatap nanar
di antara debur ombak
menabrak karang
menghantam keras
bebatuan pemecah ombak
tersaput licin lumut
lelaki berperawakan mungil
berjalan telanjang kaki
menyusuri garis pantai
menjejak pasir tak jarang
terantuk tajam kerang
mengakrabi aroma anyir
dan darahnya berdesir
laksana diterpa angin pesisir
dalam hati berujar
ini lautku . . .
ini perairanku . . .
ini kepulauanku . . .
dari Sabang sampai Merauke
dari Timor sampai ke Talaud
dari Miangas sampai pulau Rote
tak boleh ada siapapun
mencaplok dengan tamak
ada kilatan api angkara
berkobar di matanya
ada sesayat murka
di urat nadinya
seraya menatap lekat bahari
dari tubuh batang pohon nyiur
yang rebah lantaran
digergaji gerigi masa
H 3 R 4
Jakarta, 20/07/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H