Nasib Sehelai Daun
Satu demi satu
daun terpelanting
luruh berbantal kayu
lapuk dimangsa waktu
ditabuh angin menderu
mencipta sebuah alunan
simfoni melankolia syahdu
laksana selaksa rindu gugur
ditimbun masa sedia mengubur
selembar daksa pun hancur lebur
Ia hanya pasrah
ketika tubuh ringkih
dipinang jemari waktu
menyepuh usianya di atas
sehelai daunan menguning
dan acap kali mencium mesra
kening serta akhirnya terbaring
lantas diwafatkan oleh takdirnya
hingga rebah dininabobokan masa
dan berselimut hening di kaki waktu
Nasib sehelai daun
diombang-ambing angin
hingga jatuh dan dilempar
silir bayu terbang melayang
terpental jauh tak tentu arah
pasrah tak sanggup melawan
tangan takdir dan apa yang jadi
sebuah ketetapanNya dan takada
yang dapat menawar terlebih guna
mengganggu gugat selain menerima
Garis nasib tertera
pada lembar buku usia
pun kehidupan milik insan
di atas bentala dan kesemua
yang luruh pertanda telah tiba
pada masanya yakni temui batas
gerbang akhir menapaki titian usia
sebab usia telah dihujam panah masa
dan menemui kata sudah maka selesai
----------THE END----------
H 3 R 4
Jakarta, 3/4/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H