Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sekelumit Perjalanan dalam Gerbong Baja

12 Februari 2022   10:59 Diperbarui: 12 Februari 2022   13:30 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekelumit Perjalanan dalam Gerbong Baja

Ada yang menahan kantuk
seraya kepala tersungut
bersandar di deret kursi panjang
yang telah tersedia
sementara kepalanya
telah tiba terlebih dahulu
di tempat tujuan sedang
raga masih dalam perjalanan
pikiran-pikiran yang berkelana
dalam pengembaraan
di perlintasan kepala
terbang melayang hinggap
di kantor, di pabrik, di pertokoan

Ada yang meletakan pantat
dengan rasa nyaman seraya
mengenggam ponsel miliknya
membuka aplikasi jejaring sosial
senyum-senyum sendiri dan
sesekali mengkernyitkan dahi
betapa dunia berada dalam genggaman
teramat luas jangkauan
mendekatkan yang jauh
dan menjauhkan yang dekat
sejatinya membuat diri
terlempar dalam keterasingan
bak tersekat tembok tinggi

Ada yang lebih memilih
melanjutkan tidur di sela-sela
waktu perjalanan dengan
jarak tempuh yang lumayan lama
lantaran waktu tidur terpangkas
guna mengejar jam
keberangkatan kereta harus
segera tiba di stasiun di pagi buta
atau memintal benang-benang sabar
membuang setumpuk kesal
menggulung jenuh tatkala
menunggu kereta yang berikutnya
berhenti tepat di muka stasiun

Ada yang bersandar sembari
menopang kaki membaca
selembar koran yang semula
diselipkan di ketiaknya lalu
dibuka lembarannya satu persatu
dan tak henti netranya menelusuri
baris kata untaian kalimat
pada lajur kolom berita
berita terkini yang mengulas perihal
politik, ekonomi, sosial dan budaya
dilumatnya seluruh berita dengan
mimik wajah amat serius
namun tanpa disertai dengus

Ada yang menatap ke luar jendela
menikmati sepenggal perjalanan
namun sayang di sayang ingatnya
terpelanting seperti sehelai daun
yang luruh dari tangkainya lalu
terjerembab ke lorong masa
di persimpangan masa silam
tercium aroma anyir serta
rasa nan amat getir
di mana sayatan luka membuka
terus mengalirkan darah segar
sesegar ingatan di ruas
tempurung kepala ku

Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta, 12/02/2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun