Tatkala Jumawa ditumbangkan Lengan Masa
Hidup tak mungkin
selamanya berada di puncak
adakalanya tersungkur
di waktu yang tak kenal dengkur
Tak selamanya berjalan
dengan kepala mendongak
dengan enteng dan
serampangan menginjak
Jubah jumawa ada masanya koyak
di royak lengan waktu buat lidah kelu
sebab tak kuasa petantang-petenteng
dengan laga serta raut muka belagu
Usah memamah biakkan congkak
buat banyak pasang mata terbelalak
dan kau pun sibuk menyalak
kasak-kusuk dengan hati busuk
Jumawa lambat laun kelak
ditumbangkan lengan masa
dan disentil jemari takdir hingga
tak berkutik dan tiada berdaya
Sudah hukum alam
dan janganlah mengutuk
bahwasannya takdir itu
amatlah kejam merajam
Bukankah hidup harus
banyak bercermin bukan pada
cermin retak di mana tak nampak
sebongkah bebal congkak
Yang ditumbangkan lengan masa
hanyalah sehelai jumawa yang
erat melilit daksa hingga
benar-benar terpuruk di atas
Bangunan jiwa yang ringkih
dan kemudian ambruk
pondasi yang lembek
laksana adonan tape
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta, 26/02/2022