Hakikatnya Hidup Cuma Mampir
Hakekatnya Hidup itu cuma mampir
seperti kendaraan yang terparkir
datang dan pergi silih berganti
tanpa secuil rasa memiliki
hanya sekedar dititipi
Dengan satu kesadaran bahwasannya
titipan hanyalah sebuah Amanah
yang harus dijaga dengan baik
sebab si empunya kendaraan
telah mempercayakan
Lantas mengapa tak sungkan mengenakan
pakaian congkak serta memulas diri
dengan riuh angkuh siapalah diri
hanya titik debu di fana dunia
dan di jagad raya maha luas
Tutupi diri dengan rapat busana malu
malu berjalan di bumiNya dengan
tengadahkan kepala seraya
busungkan dada seolah
tak bakal mati besok
Dan hidup kekal dalam telaga nanah dunia
serta dalam sengat terik panasnya
hasrat manusia yang laksana
tumpukan bara menyala
memerah bakar jiwa
Kampung akhirat tempat sebaik-baiknya
kembali dan hunian abadi niscaya
kelak meraih senyum Illahi
intisari dari kehidupan
gapai bahagia hakiki
Hakekatnya hidup cuma mampir layaknya
sopir kendarai mobil berhenti rehat
sejenak di pelataran hingga
lenyap penat dan kembali
lajukan kendaraan
Tak ubahnya Musafir sang kembara dalam
kelana lintasi suatu bentang masa
mencetak tapak jejak hidup
kelak meninggalkan nama
terpahat di batu nisan
Hakekatnya hidup cuma mampir
seperti sang Juru Parkir
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta 10/09/2021