Perempuan-perempuan Pemutar Roda Ekonomi Keluarga
Kau junjung susunan bata di atas kepala wara-wiri, memindahkannya dari satu titik ke titik lainnya. Lelah yang jelas terbaca.
Namun kau acapkali menepikannya sebab bagimu tak bekerja berarti tak ada sekepal nasi tuk dimakan, lantaran asap dapur tak mengepul.
Seraya kedua lengan memegangi tubuh bata menjaga keseimbangan, agar takada bata yang terjerembab, rengat ataupun pecah.
Bata-bata produksi rumahan yang mana di sana ada, banyak kaum hawa sepertimu yang dipekerjakan sebagai buruh harian lepas.
Serpihan debu adakalanya hinggap di bola mata tatkala, ditiup angin berhembus  membuat perih pedih bukan kepalang.
Remah-remah bata turut serta mengotori pakaian terbitkan, rasa gatal pada kulit lengan yang tersaput bedak remah debu.
Kau seret langkah tanpa kenal lelah di atas kepala bertengger bata, yang memberat dan buat lehermu acapkali di dera rasa pegal.
Akibat banyaknya bata-bata yang harus kau susun lagi dan lagi hingga menjadi gunung bata. Bertumpuk di atas tubuh yang remuk.
Kau jalani hari-hari berpeluh tanpa pernah berkeluh kesah kendati bulir-bulir peluh basah di badan hingga mengering kembali.
Dan mentari siang hari lebih banyak menyorot garang di antara jilatannya seketika legamkan kulit laksana kerak jelaga.
Perempuan-perempuan pemutar roda ekonomi keluarga, senantiasa perkasa dalam dera pahit getir mengais serpihan rupiah.
Di susunan bata tercetak ada letih dalam geletak!
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta 21/08/2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H