Menggedor Pintu Empati yang Terkunci Mati
Sepasang mata menatap memelas
memandang orang lalulalang
seraya menyodorkan lengan
mencoba guna menggedor
pintu-pintu empati yang
tertutup rapat serta
terkuncinya rasa
BELAS KASIHAN
Namun sayang di sayang tapak lengan
hampa tak berisi apa-apa serta
awan kesedihan menggantung
tutupi paras berdempul debu
raut wajah sendu mendu
tanpa seulas senyum
lengkung sabit nan
amat menawan
Diseretnya kedua kaki dengan langkah
gontai jelas terbaca sepotong pilu
tak kuasa disembunyikannya
pada binar mata seakan
lamat-lamat meredup
bias cahayanya dan
pijar kian samar
Aroma kesedihan kental tercium
amat tajam di bentang aspal
di pembatas jalan tergolek
di atas trotoar di sudut
traffic light dengan
riuh nyala lampu
ada kalanya
melotot
Menggedor pintu empati terkunci mati
di dalam setiap nurani milik insani
agar menyeruak sejumput rasa
peduli hingga membuka
ingin dalam diri guna
berbagi dan memberi
pada si miskin
dan si papa
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta 16/08/2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H