Tabir Getir di Rimba Raya Hidup
Sorot mata menerawang jauh berkelebat
hasrat di antara denyut nadi harap
ini kali kesekian aku dipaksa
membunuh ingin
Membenamkan bayi-bayi mimpi dan
tikam anak-anak pengharapan
disuapi oleh angan hingga
hari ke hari membesar
Barulah tumbuh kulit ari dalam diri
sudah harus dikeset kembali
ngilu bukan kepalang
mimpi terbuang
Dikulitinya hasrat yang dimilki lenyap
bersama tipis kepulan kelabu
hingga menjadi sekedar
remah-remah debu
Membuat acapkali melucuti serta
menelanjangi pakaian ingin
hingga polos tanpa sehelai
serat-serat benang
Memahat dekil di antara jarum waktu
di antara kuku-kuku pilu seraya
ucap hatinya lirih berkata
aku yang selalu kalah
Tatkala bertaruh dengan dadu Tuhan
sungguh aku tak ingin menjadi
seorang pecundang hanya
terdiam dan bungkam
Mataku masih menerawang manatap
langit angan yang nyaris runtuh
dinding harap yang rengat
serta asa kian samar
Ingin kubeli mimpi dengan bulir-bulir
keringat sendiri dengan untaian
rapalan doa seiring ayat-ayat
lelah menggedor daksa
Di sela-sela tabir getir memahat dalam
sejumput belantara semak belukar
pada liar rimba raya hidup
memahat takdir getir