Ayah Bawa Aku dalam Dekapmu, Aku Rindu Aroma Tubuhmu
Kau berdiri di ambang pintu seraya
rentangkan lebar kedua lenganmu sontak
aku berhambur kedalam pelukmu
sembari menggeliat laksana seekor ulat
Kau bawa aku kedalam dekapmu
bersandar di dada bidangmu
detik itu juga kehangatan mengaliri
tubuhku merasuk hingga alteri
Kau rengkuh erat tubuhku
dengan lenganmu nan kokoh seakan
ingin menyalurkan kerinduan
yang kadung mengeras dan membatu
Perlahan melumer laksana mencairnya
bongkahan es dan melelehnya
batang lilin lamat-lamat dilumat panas
hingga menyisa gundukan ampas
Ayah betapa kurindu aroma tubuhmu
menerabas kedalam penciumanku
aroma yang khas tak dimiliki siapapun
aroma yang sekian lama kuakrabi
Aku rindu pelukmu hangati raga
bak tungku perapian yang senantiasa
menyala beri sejumput kehangatan
di antara usapan tapak-tapak lengan
Sungguh aku rindu berada dalam
rengkuhmu hingga pejam mata
dan seakan enggan membukanya
tertidur sedemikian lelap
Hingga fajar pagi menjelang
menyambangiku di beranda
dan bias sinarnya mengetuk kaca
jendela dengan leluasa
Seandainya aku dapat memutar
balikan waktu ingin rasanya kembali
ke masa kecilku dimana dapat
kurasakan utuh sentuh kasih baluri jiwaku
Yang Sekeras Batu
yang melanglang buana
arungi hitam putih hidup
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta 04/08/2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H