Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puing-puing Reruntuhan Kota Mati

13 Juli 2021   21:14 Diperbarui: 13 Juli 2021   21:45 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puing-puing Reruntuhan Kota Mati

Bocah kecil hatinya ngilu
menatap puing reruntuhan
menjelma kota mati dilingkupi
asap tebal serta debu berjelaga

Mengoyak sekerat nurani
membuat lidah serasa kelu
tak sanggup lontarkan kata
sebab kata-kata rasa tercekat

Dan tersangkut di tenggorokan
hanya kedua bola mata menjelma
tak ubahnya sepasang mata kamera
terus merekam jejak-jejak peristiwa

Luluh lantak sontak buat hati
serasa teriris-iris perih pedih
seraya edarkan pandangan
menatap kota tak berbentuk

Yang ada aroma serbuk mesiu
serta tetesan getih basahi puing
reruntuhan kota yang hancur lebur
hanya menyisakan pintalan kesedihan

Dalam tangisan serta rintihan
yang semuanya mengendap
di manik mata bocah kecil
yang kini sebatang kara

Bocah kecil matanya berkaca-kaca
disekanya air mata yang nyaris pecah
mencipta genangan yang kelak
menganak-sungai menenggelamkan

Sepotong Asa!

***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta 13/07/2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun