Puing-puing Reruntuhan Kota Mati
Bocah kecil hatinya ngilu
menatap puing reruntuhan
menjelma kota mati dilingkupi
asap tebal serta debu berjelaga
Mengoyak sekerat nurani
membuat lidah serasa kelu
tak sanggup lontarkan kata
sebab kata-kata rasa tercekat
Dan tersangkut di tenggorokan
hanya kedua bola mata menjelma
tak ubahnya sepasang mata kamera
terus merekam jejak-jejak peristiwa
Luluh lantak sontak buat hati
serasa teriris-iris perih pedih
seraya edarkan pandangan
menatap kota tak berbentuk
Yang ada aroma serbuk mesiu
serta tetesan getih basahi puing
reruntuhan kota yang hancur lebur
hanya menyisakan pintalan kesedihan
Dalam tangisan serta rintihan
yang semuanya mengendap
di manik mata bocah kecil
yang kini sebatang kara
Bocah kecil matanya berkaca-kaca
disekanya air mata yang nyaris pecah
mencipta genangan yang kelak
menganak-sungai menenggelamkan
Sepotong Asa!
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta 13/07/2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H