Â
Lelaki Usia Senja Mengenang Suatu Masa
Ia kernyitkan dahi hingga menjadi beberapa lipatan, seraya disesapnya sebatang cerutu tatap mata menerawang jauh untuk beberapa saat lamanya ia menjelma sang penyintas waktu.
Ingatan di kepala sontak berhamburan menelusuri, koridor masa yang terlewat di belakang bangkitkan peristiwa silam di bentang layar ingatan laksana tengah memutar film lawas.
Lamat-lamat ingatannya terhempas jauh
dan ia pun, kian terpental pada dimensi waktu membuatnya merasa tak asing dengan seluk-beluk yang memahat jejak langkah di masa yang terlampaui.
Ia lihat dirinya nan gagah menatap dengan sorot garang, tak ubahnya sabetan klewang dengan sudut mata menajam seakan diri tak miliki sebentuk rasa takut pada hal yang mengancam hidup.
Dahulu ia lelaki perkasa sebelum dirampas usia, hingga gagah punah direjam masa menyisa ringkih di antara kerut merut terpahat di dahi dalam lipatan waktu berlalu meninggalkan tapak sepi.
Kini kesepian mencengkram hatinya erat,
seraya menghitung nikmat yang satu-persatu tercerabut menyisakan kesedihan menggantung pada dua pasang mata nan sayu menatap sendu.
Lelaki perkasa itu lagi-lagi mensesap cerutunya seraya terkenang suatu masa tatkala usia teramat muda darah bergejolak dengan angkara sukar diredam serta ambisi mengalir deras di nadi.
Kini rapuh dimakan usia
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta | 19 Juni 2021 | 14:37