Puing-puing Kehancuran
Debu-debu tebal liar
beterbangan menari leluasa
di atas tanah yang jadi sengketa
Terserak reruntuhan
puing-puing kehancuran
dicengkram tangan-tangan dzalim
Seiring pijar harap
serasa kian samar sesamar
hari depan bocah-bocah tak berdosa
Sepasang bola mata
menatap penuh nanar seraya
menghirup aroma luka menganga
Tetes merah darah basuh
persada yang dirampas paksa
gulirkan bening air mata nyaris kering
Rintihan sekeping doa
dalam dekap erat ketakutan
menyaksi kehilangan demi kehilangan
Laksana sebilah belati
keji menyayat-nyayat hati
bertubi menikam sekerat nurani
Kepulan kelabu menguar
dari bangunan luluh lantak
diterjang butiran peluru tamak
Tangisan...
rintihan...
ketakutan...
Adakah menggugah
dan membuka mata dunia
saudaraku yang nyata teraniaya
Tepi gaza memahat sekelumit
kisah pilu dari waktu ke waktu
luruhkan bulir-bulir air mataku
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta | 21 Mei 2021 | 18:35
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H