Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nasib Buruh

1 Mei 2021   08:04 Diperbarui: 1 Mei 2021   08:08 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Kociefrog.com

Nasib Buruh 

Untukmu yang acap kali
dijadikan sapi perah
dan tetes keringatmu
dibayar teramat murah

Untukmu yang dicekik
kebutuhan hidup yang
membumbung tinggi
hingga sukar bernafas lega

Untukmu yang dipusingkan
tetek bengek perihal gaji
tak mencukupi harus pandai
putar otak kencangkan ikat pinggang

Untukmu yang tinggal
di lahan sepetak lagi
penuh sesak lantaran
berat bayar uang kontrak

Untukmu yang tubuhnya
serasa ringsek dan kian soak
bertahun lamanya diperbudak
sederet aturan kerja tak berpihak

Untukmu yang bermata kuyu
saban hari kerja berada dalam
ruang serta lingkungan pabrik
pergi pagi pulang hingga petang hari

Untukmu yang tenaganya dihisap
hingga tak bersisa tak ubahnya
robot bernyawa tanpa secuil rasa
peduli dari para pengusaha

Untukmu yang terbelit hutang
guna beli susu dan beras di warung
beras mutu rendahan gali lobang
tutup lobang buat makan harian

Untukmu yang miliki kebutuhan mendesak
bayar uang spp anak menunggak
buat pening kepala dan koyo pun
bak layar tancap bertengger di jidat

Sudah cukup perbudakan
jangan hanya diam pasrah
diperlakukan semena-mena
lantaran lapangan kerja susah

Ayo bangkit kawan masuk barisan
gaungkan menolak upah rendah
jangan hanya bisu dipojokan
tak bergeming di tengah hidup

Yang serasa kembang-kempis
dengan menggenggam belati kecewa
tertancap di dalam dada
para pekerja para buruh

Tersebar di penjuru nusantara
hingga pelosok negeri
negeri yang konon katanya
gemah ripah loh jinawi

Satukan barisan galang kekuatan
perjuangkan hak-hak para pekerja
sebelum keringatnya mengering
dengan sendiri di badan ditiup angin

Demi kata sejahtera bukan
sekedar isapan jempol belaka
mari bergandeng tangan
buat para Kapitalis kelabakan

Tatkala mesin-mesin produksi
terhenti barang sejenak
guna menyalurkan aspirasi
para buruh yang terdzolimi

Biar terhenti sesaat
riuh suara-suara mesin pabrik
serasa merobek gendang telinga
senyap hanya suara nurani menggema

* ) Selamat Hari Buruh Nasional

***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta | 1 Mei 2021 | 08:04

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun