Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Soe Hok Gie

20 Februari 2021   07:09 Diperbarui: 20 Februari 2021   08:16 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soe Hok Gie
                           
                            ~1~

Kau yang kerapkali garang
mendobrak tembok Tirani
lantang suarakan kebenaran
dari mulut-mulut terkunci
lagi terdzalimi

Kau yang tak pernah tinggal diam
duduk manis di depan layar televisi
melainkan berdiri di barisan terdepan
di antara sapuan gelombang deras
para Demonstran

Kau yang tak bisa melihat sesuatu
bertentangan dengan Nurani berupaya
menghembuskan silir angin perubahan
bagi Pertiwi yang amat dicintai tempat
Bumi dipijak

Kau yang tak sudi tatkala ingin dikebiri
oleh pelacur-pelacur politik serta
rampok-rampok berdasi yang sungguh
tak tahu diri lagi bebal serta miliki
muka tembok
 
Kau yang keras, lugas serta bernyali
acapkali vokal mengkritisi mereka
yang menduduki Singgasana empuknya
seraya ongkang kaki tak peduli nasib
rakyat jelata

                                  ~2~

Kau yang kerap menyambangi alam bebas
dimana gunung-gunung kokoh memancang seraya menggendong berat ransel dipunggung
menghirup udara sejuk di antara tiupan
angin lembah

Kau yang tak jemu menjejakan kaki
di antara terjal lagi berliku jalur pendakian
menapak lereng hingga menggapai puncak
menghirup segar aroma daun pinus
menerabas penciuman

Kau yang gemar menatap kawah-kawah
mengepulkan asap belerang dengan lengan
saling bersedekap serta mulut mengeluarkan
uap dalam gigil dingin menusuk tulang
sendi serta pori

Kau yang acapkali menepi dari hiruk pikuk
kota guna mencumbui hamparan pasir
vulkanik terserak serta menatap jurang
jurang curam menganga bak mulut seekor buaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun