Buta Mata Hati
Dua biji mata sejatinya terbuka
membelalak lebar menyaksi rupa dunia
yang kian carut marut diwarnai
ketimpangan sosial disana-sini
Megah bertahta pongah
berjalan tengadah enggan
melihat kebawah menatap
mereka yang dianggap remah
Dua biji mata terbiasa menatap
yang indah-indah bukan yang kumuh
memahat derita kaum papa dimana ketiada berpunyaan hanya sebagai tontonan semata
Kian memperlebar jurang-jurang
menganga mencipta kesenjangan sosial
antara si Miskin dan si Kaya bak tersekat
tembok tinggi sebagai dinding pemisah
Dua biji mata seakan tak bergeming
pada petak gubuk-gubuk di bantaran kali
di bedeng-bedeng samping jalur
perlintasan rel kereta api
Di kolong-kolong jembatan layang
di Belantara Beton dipenuhi gelandangan
di rumah-rumah semi permanen
tempat akhir pembuangan limbah
Dua biji mata enggan menatap realita
yang ada disekitar dan sepertinya
sibuk mengenyangkan perutnya sendiri
menggemukan pundi-pundi rupiah
Miliknya pribadi!
***
Hera Veronica Sulistyanto
Jakarta | 12 Februari 2021 | 15:48
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI