Kujerang Rindu di atas Tumpukan Kayu
Kujerang air di atas
tumpukan kayu bakar
tak berselang api menjilat
pantat panci nan legam
Air dalam ketel pun bergolak
dan meletup laksana kawah Merapi
yang terus menyemburkan asap
serta uap panas dari moncongnya
Sebelum akhirnya air dituang
ke dalam cangkir menyeduh
serbuk kopi susu disertai buihnya
menutupi lapisan permukaan
Kuaduk perlahan hingga
serbuk melarut seperti halnya
tatapanmu mengaduk perasaanku
hingga rasa hati tak tentu
Kita seruput kopi susu hangat
berbarengan di tengah gigil
memeluk erat dua batang tubuh
seiring benih rindu yang kian tumbuh
Kita tatap api rakus membakar dan
melumat potongan-potongan kayu
hingga lamat-lamat menjadi
serpihan debu teronggok disudut situ
Kita nikmati hangatnya
kebersamaan menelusup sela jiwa
dalam nikmat percakapan disertai
seruputan pada tepian bibir cangkir
Kita bersulang untuk rasa bahagia
seiring kujerang rindu di atas kayu
namun tidaklah asaku menjadi
remah debu seiring berganti waktu
***
Hera Veronica Sulistyanto
Jakarta | 17 Januari 2021 | 12:12
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H