Menatap Sekawanan Burung Bertengger di atas Kabel Listrik
Menatap dari balik kaca jendela
bulir-bulir hujan yang luruh
dan lelehannya menyapu bersih
debu-debu nan lekat
Sepasang netra tertuju pada
sekawanan burung Layang-layang
bertengger di atas kabel listrik
kepak sayapnya mengatup
Dan kuyup menahan gigil
di antara rinai hujan
yang seakan mencungkil
tubuh-tubuh nan mungil
Rinai hujan masih saja luruh
bak serangan anak panah terlontar
dari mata langit melesat amat cepat
menghujam daksa bentala
Sebagian burung masih bertahan
bertengger di kabel listrik
yang panjang melintang
dalam pelukan dingin
Yang serasa mengigit namun
banyak juga yang menyerah kalah
oleh dera hujan yang kian menderas
terbang belingsatan berhamburan
Guna mencari tempat berlindung dari
hujan yang kian meremas
basahi setiap helai demi helai
bulu-bulu nan halus
Langit masih saja menangis dan
seraut wajahnya meramu sendu
air matanya menitik dari mulai rintik
hingga akhirnya mengucur deras
Sekawanan burung liar rindukan
pulang ke sarang sua dengan keluarga
tempat berlindung dari sergapan
gigilnya kerinduan sama sepertiku
Yang rindukan berada
ditengah-tengah keluarga
dalam luasnya pengembaraan
menjelajahi BumiNya seraya
Mengais kepingan Rezeki
guna dibawa pulang dicicipi
bersama keluarga dalam selubung
sahaja mendekap erat jiwa
***
Hera Veronica Sulistyanto
Jakarta | 16 Januari 2021 | 15:27
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H