Menatap Wajah Langit Berganti Kulit
Perlahan selendang Bidadari
jatuh menyentuh Bumi
guratan payoda laksana
Kibasan lentik jemari
milik para bidadari
mengoyak rupa Semesta
Perlahan jubah pekat luruh
sepekat genangan kopi
dalam cangkir
Menyeduh langit malam
dengan saputan warna pekat
seperti tinta terburai dari perut cumi
Ditingkahi dahan dan ranting
berderak liar lantaran
diguncang desau angin
Rembang petang tumbang
ditikam belati malam
hingga cecerkan getih
Pada rupa semesta
sontak seketika menjelma
pekat teramat sangat
Tiang klonongan dan
kabel-kabel listrik nan semraut
menghalau pandangan bola mata
Guna menatap wajah langit
seakan tengah berganti kulit
dalam ingsut serta geliat
Ragam Siluet tercetak
memahat jejak perihal masa
bahwasanya detik demi detik
Terus menitik seakan mencekik
dan diri tak kuasa berkata
selain bergumam dalam hati
Alangkah cepatnya waktu berlalu
meninggalkanku dalam pilu
lagi hati diliputi sendu
***
Hera Veronica Sulistyanto
Jakarta | 22 Desember 2020 | 17:59
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H