Di Lorong-lorong Kelam Ketiak Malam
Di antara pendar cahaya
terangi muka aspal kupacu
kuda besi kesayangan
dengan kecepatan stabil
dan tak tergesa-gesa
Di lorong-lorong kelam
di ketiak malam menjadi saksi bisu
atas bulir-bulir peluhku
terseka hembus deru bayu
menguap lenyap hanya menyisa apek
Lelah teramat sangat mendera
raga serasa remuk redam
rasa dihantam bertubi-tubi
pukulan godam buat nyeri
lagi lunglai seluruh sendi ini
Lelah bukan main setelah
seharian berjibaku dengan
hariku yang keras sekeras
karangan kehidupan kupecahkan
dengan kepal tinju garang
Mataku sepet bukan kepalang
rindukan segera tiba di rumah
raga tergolek dipembaringan
nan nyaman lelap diperaduan
seraya menanti alam bawah sadar
Dijemput peri mimpi guna arungi
samudra mimpi menapak Bintang
bertitian Bulan menuju pulau harapan
sua dengan rupa kebahagiaan
hapuskan seluruh lelah raga ini
Kendati tatkala tiba di pintu gerbang
hanya disambut kucing kesayangan
menghampiri dan bergelayut manja
kedalam pelukkan seraya menciumi
lengket aroma keringat milik Pejuang
***
Hera Veronica Sulistyanto
Jakarta | 18 Desember 2020 | 22:32
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H