Tarian Hujan Pada Bahu Jalan
Bulir-bulir air . . .
riuh berjatuhan di bahu jalan
seperti melonjak-lonjak kegirangan
lantaran rintik terus menitik
seperti tengah merajah pori Bumi
helai dedaunan kuyup kedinginan
bergetar dan kemudian luruh
terpelanting hanyut terbawa arus air
Tanah becek aspal basah . . .
angin menderu berderak dahan
menggoyangkan dedaunan
dihempas air yang tumpah
dari mata langit seperti
tak henti dengan isak tangisnya
yang terus tersedu-sedu
lalu menderas sukar di bendung
Ritmis Tarian Hujan . . .
di atas air yang tergenang
di atas saputan basah
pada tubuh-tubuh lelah
dalam pelukkan erat dingin
mencipta gigil dalam getar bibir
berlindung di balik jas hujan
serta payung-payung terkembang
Menguar aroma tanah basah . . .
sebasah semua yang terguyur
seperti berkubik-kubik air
tercurah kian menderas
dari mega-mega terperah
berwarna kelabu merupa gelap
pada wajah langit yang
tampak gelap berselubung muram
***
Hera Veronica Sulistyanto
Jakarta | 23 November 2020 | 18:58
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H