Bumi Klaten dan Kopi Rindu dalam Gelas Beling
Bumi Klaten amat berseri
sinar Mentari menerobos
dari celah jendela nan terbuka
silir angin pun lembut menerpa raga
Mengajak sepasang mata
nan teduh guna membuka
menyaksi indah wajah Buana
menatap pelataran nan asri
Menari dedaunan pisang
ditabuh sang Bayu teramat elok
terpampang nyata di muka jendela
memantul di panca indra
Mengajak tuk bangkit
entaskan mimpi manis semalam
memeluk angan dengan
berjuta kerinduan
Kopi Rindu dalam Gelas Beling
sehangat kopi terjerang
dan terseduh pagi ini
dalam Gelas Beling Berkuping
Ada kepulan tebal kerinduan
di antara hela nafas
di antara bentangan jarak
di antara raut wajah diliputi sendu
Menghirup rindu yang kian hari
kian terasa menyesakkan dada
menguatkan rasa ingin jumpa
meski hanya menatap sepasang mata
Tanpa banyak kata sebab tatap mata
telah mengisyaratkan sebentuk rasa
yang tak musnah di telan masa
akan selamanya tetap ada
Warnai lembar-lembar jiwa
terima kasih selalu ada
di saat lelah jiwa ragaku
temaniku lalui putaran waktu
Kau sedekat urat Nadi
kau udara yang aku hela
kau denyut jantung
kau sandaran hati
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta | 22 Oktober 2020 | 10:53