Berat Rinduku melebihi Berat Muatanku
Saban hari rindu menari-nari
di ruang benakku
menggelitik anganku
Realita memaksaku menjauh
dari rumah berisi cinta
dan kehangatan keluarga
Hari-hari yang keras
bertahun duduk di balik kemudi
berkawan akrab dengan jerit klakson
Dengan jembatan timbang
dengan tukang kecrek
di setiap titik-titik putaran
Dengan berjajar warung pinggir jalan
dengan dipan-dipan teronggok
menanti guna rebahkan lelah sejenak
Jauh di dasar hati rindukan pulang
rindu celoteh riang seraya memeluk
erat buah hati tersayang
Rindu binar-binar bahagia
serta mengelus-elus kepala mereka
membawa kedalam hangat dekapan
Hati kecil tak ingin sedikitpun
beranjak pergi sejauh berkilo meter
dari rumah yang dipenuhi cinta
Namun apalah daya
tuntutan perut desakkan ekonomi
membuat terdampar sejauh ini