Ayam-ayam Malam
Berdiri di bawah temaram lampu jalan dikerumuni nyamuk dan laron-laron, seraya lengan melambai.
Senyum genit di pasang merajuk manja, pada yang lalu lalang, tawarkan jadi teman kencan semalam.
Pakaian tak karuan seperti telanjang pamerkan seonggok daging kenyal, mendesah lagi mengundang.
Sungguh urat malu di nadi telah putus, demi menyambung hidup harga diri tergadai sedemikian murah.
Ayam-ayam malam berkeliaran mencari lembar rupiah, enteng bergelayut manja dari satu pelukkan kepelukkan.
Tak ada secuil rasa malu duduk di atas pangkuan, atau mungkin rasa malu telah mati suri.
Ayam-ayam malam riuh tertawa cekikikan, menggaduhkan malam seperti tawa kuntilanak di pepohonan.
Dengan terselip sebatang rokok di sela jari, merupa dupa yang menyala dan mengeluarkan asap.
Bau Menyan berbaur bau dosa merambah, menembus pekatnya dinding kelam malam tertoreh noda hitam.
***
Hera Veronica
Jakarta | 05 September 2020 | 21:03
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H