Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Neraka Bumi

31 Juli 2020   21:35 Diperbarui: 31 Juli 2020   22:16 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Neraka Bumi

Kupacu Kuda Besiku
membelah jalan berdebu
lintasi pabrik-pabrik besar berdiri
dengan cerobong-cerobong tinggi
memuntahkan asap tebal
dari waktu ke waktu

Yang kutahu
langitku telah tercemari tak lagi biru
berganti hitam pekat tersaput debu
hawa seketika terasa panas menyengat
tak terasa hembusan sejuk
angin menerpa raga

Hati miris bercampur sedih menyaksi
perbukitan di papas
gundukkan tanah di libas
tepi hunian di pangkas
hanya menyisakan secuil
sungguh terlalu !

Bagaimana jika turun hujan deras
tepian tanah akan amblas
sebab tak ada tahanan
tanah-tanah telah di keruk
oleh mereka-mereka
yang serakah lagi kemaruk

Alat-alat berat menduduki bebukitan
siap mengeruk setiap jengkal tanah
membuat struktur tanah rawan longsor
pabrik-pabrik besar angkuh berdiri
dengan cerobong besarnya mendongak
menatap langit membom-bardir

Dengan semburan polusinya
mencipta "Neraka Bumi"
berupa lubang genangan
bekas-bekas galian
gundukan yang terbabat
Aku menatap perih hati rasa teriris

***
Hera Veronica
Jakarta | 31 Juli 2020 | 21:28



Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun