Pria Paruh Baya dengan Biolanya
Gesekkan biola melengking menyayat hati
seakan rintihan pilu disertai nyeri
Tak peduli nadanada sumbang
sebab baginya tak ada bunyi
Yang benarbenar paripurna
tanpa tergelincir jari jemari
Gesekkan biola menggema
merasuk dinding sukma
Bawa jiwa beku berkelana
menyusuri rentang masa
Masa yang kerap di putar ulang
tersandera liar kenangan
Pria paruh baya dengan biolanya
tak henti menggesekkan biola miliknya
Di antara hati yang porak poranda
mengenang betapa laut tenang
Prnh jd gulungan ombak stinggi pohon kelapa merenggut nyawa yg tercinta
Pria tua dengan biolanya
menatap nanar laut lepas seiring pedih luka
Yang terus mengalirkan darah
ia bebat luka seorang diri
Dalam isak tangis tanpa air mata
sebab air mata tlh mnjelma lautan kesedihan
Bangku kayu dan pelepahpelepah nyiur
menjadi saksi hati yang patah tiada gairah
Kini hanya menanti sua kekasih hati
di alam keabadian merengkuh hangat cinta
***
Hera Veronica
Jakarta | 18 Juni 2020 | 14:57