Secangkir Kopi Pereda Nyeri
Kita duduk satu meja
seraya menanti Barista tampan
dengan tato di lengan
meracik kopi pesanan
Kita berbincang sesaat
sambil menunggu kopi terhidang
dengan kepulan asap disertai
aroma khasnya menyeruak rongga hidung
Tak lama berselang pesanan datang
aku memesan secangkir kopi pereda Nyeri
terasa pahit di ujung lidah
namun tak seberapa pahit alur hidupku
Senada dgnku kaupun memesan kopi yg sama kopi pahit agak kental
di campur sedikit gula
lebih dominan rasa pahitnya
Tak seberapa pahit
di banding perjalanan hidup
yang tak menyaji kemudahan
bagi jejak langkahmu
Aroma kopi yang kuat
menguar dipenciuman
menggugah hasrat
di antara genangan pekat
Bibirbibir kita mendarat
mencium tepian cangkir menyaji kopi hangat
sehangat bincang kita malam ini
yang diselingi tawa renyah
Lama kita berbincang di Kedai Kopi
tanpa kenal basa basi
bebas menjadi diri sendiri
sejenak lupakan nyeri menusuk di hati
Kita bersulang untuk
Secangkir Kopi Pereda Nyeri
untuk harihari berpeluh
yang kita lalui tanpa keluh
Dan sorat mata kita telah
mengisyaratkan sesuatu
mendeskripsikan getir yang sama
merajam bilik asa
Kita selalu punya cara
untuk nikmati secangkir kopi
lupakan sejenak Nyeri
bercengkrama dalam sunyi
***
Hera Veronica
Jakarta | 8 Juli 2020 | 21:16
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI