Jantung Kota nan megah
tak mampu sembunyikan
wajah-wajah menghiba
menahan "LAPAR"
dengan tubuh gemetar
Kemurahan hati sudah tak ada lagi
empati telah mati di kubur
terbenam didalam perut Bumi
orang-orang hanya mementingkan
perutnya sendiri
Kaum Cendekia
hanya diam tak bergeming
tak pula bersuara lantang
hanya disibukan dengan urusnnya sendiri
tanpa mau ambil perduli
Jerit Lapar riuh menggema
menyapa setiap sudut kota
membisikan pada setiap
yang lalu lalang bahwasannya
perut belum terisi sedari pagi
Jakarta adalah Rimba
yang menjadikan Serigala beringas
sebab nasib terlanjur bersemayam
di tong-tong sampah
tempat orang meludah
Kemiskinan tak ubahnya gagak hitam
terbang di langit malam
sampaikan warta dari
sang penguasa kegelapan
perihal bara dendam
Disudut lorong nan sempit
ada sepasang mata buas mengintai
seraya menggenggam sebilah belati tajam
hendak menerkam
siapapun yang melintas dihadapannya
Atas nama LAPAR!
***
Hera Veronica
Jakarta | 5 Mei 2020 | 15:45
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H