Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kutunggu Kau di Jakarta

7 April 2020   10:28 Diperbarui: 7 April 2020   10:50 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di stasiun itu kutunggu
kereta yang membawamu ke kotaku
di antara deru mesin
yang membuat huru-hara di telinga
di antara gesekan roda
di atas lempengan baja
yang nyaring bunyinya

Kuedarkan pandanganku
pada kereta yang baru saja tiba
menelusuri setiap sudut gerbongnya
dari balik jendela
kucari-cari sosokmu
diantara kerumunan orang
serta lalu lalang penumpang
tak jua kujumpai kau disana

Menit ke menit yang berlalu
kulirik arlojiku
di peron itu aku menunggumu
serasa berabad-abad lamanya
dengan rindu yang berjelaga
hati kecilku berbisik lirih
"Where are you...?"

Derit peluit menyentakku
sontak membuyarkan anganku tentangmu
sesosok makhluk manis
yang mengacaukan pikiranku akhir-akhir ini
saatnya kereta melaju
menuju pemberhentian berikutnya
aku hanya mampu pandangi punggung kereta
yang berjalan perlahan
kemudian berlari kencang
menyusuri bantalan rel yang membentang
jalur rel yang melintang

Dengan lunglai kuseret langkah kakiku
menjauh dari tampat itu
dan bergegas pulang
ada setitik kecewa terselip di hati
seraya menghela nafas panjang
telah lama kunanti hari ini
di stasiun kereta ini kita janji bertemu
untuk kali pertama

Satu tepukan lembut di bahu mengagetkanku
" Teteh Hera"
aku hapal suara itu
dengan aksen jawa yang kental
dan rasanya suara itu tak asing bagiku
seraya kumenoleh kebelakang
kudapati sesosok lelaki
berperawakan tinggi
berambut gondrong
tersenyum manis padaku
dengan tampilan sederhana
seraya menyandang gitar di punggung
"Mas Dwi"
ucapku dengan wajah merah merona
tersipu malu
menahan debaran rasa

Dan akhirnya kitapun jalan bersisian
layaknya dua orang
yang sudah saling mengenal lama
dan tawa renyahpun tercipta
seiring bahagia menyapa

Written By Hera Veronica
Jakarta, April 7,2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun