Mohon tunggu...
HERA SUKMAWATI
HERA SUKMAWATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mataram

Mahasiswa Kampus Mengajar 7 SDN 37 Cakranegara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melestarikan Budaya Sasak Melalui Ekstrakurikuler Tari Rudat "Nadwa Tuna" di SDN 37 Cakranegara

25 Juni 2024   21:11 Diperbarui: 25 Juni 2024   21:20 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KM 7 SDN 37 CAKRANEGARA (Doc. Pribadi)

Tarian Rudat merupakan salah satu tari yang mengikuti warisan para pendahulu umat Islam di Pulau Lombok. Tarian Rudat dimainkan dengan doa dan puji-pujian kepada Allah SWT. Terlepas dari itu, tarian Rudat dimainkan dengan memadukan perkembangan pencak silat dan perkembangan lainnya. Perpindahan Rudat dimulai di Turki bersamaan dengan penyebaran Islam di Indonesia pada abad ke-15. Ada kemiripan antara gerakan Rudat dengan budaya dan gerakan dari Turki. Karena busana para seniman Rudat ini menggunakan kopiah tarbus (peci panjang), kemeja dengan pernak-pernik biasa, juga celana dan menggunakan kain khas suku Sasak biasa sebagai lapisan luar celananya. Busana yang digunakan hampir mirip dengan busana adat Turki, yakni busana adat Kroasia. Setiap geraknya tentu saja diiringi musik konvensional, seperti halnya Rudat. Ada beberapa melodi yang digunakan untuk mengiringi gerakan Rudat yang dimainkan oleh Sekaha (pemutar musik Rudat). Tarian Rudat tersebut diiringi dengan alat musik antara lain gendang, biola, rebana, rebana, dan benduli (gitar khas suku Sasak). Di Pulau Lombok, tidak banyak orang yang bisa memainkan Rudat, karena hanya ada beberapa daerah yang memiliki pergerakan tersebut. Tarian Rudat sendiri dimainkan oleh 12 hingga 18 orang. Rudat tidak hanya berbicara tentang jurus pencak silat, namun Rudat juga berisi teater yang menceritakan tentang penyebaran Islam pada zaman dahulu.


KM 7 SDN 37 CAKRANEGARA (D0c. Pribadi)
KM 7 SDN 37 CAKRANEGARA (D0c. Pribadi)

Keahlian Rudat Sasak Lombok mulai terlupakan dan mengalami berbagai perubahan dan pergeseran yang terus ditinggalkan oleh masyarakat. Hal ini terjadi karena banyak pengaruh budaya masa kini yang masuk ke Indonesia, khususnya Lombok. Selanjutnya masyarakat mempunyai tugas atau komitmen untuk melestarikan budaya Rudat Sasak Lombok itu sendiri agar tidak punah dan tergeser akibat dampak kebudayaan maju. Oleh karena itu, untuk melestarikan seni gerak rudat, kami akan memperkenalkan kembali budaya lingkungan sekitar melalui pendidikan, khususnya bagi siswa yang baru memasuki usia sekolah dasar. Siswa pada tingkat sekolah dasar menjadi sasaran utama yang dapat dilakukan oleh masyarakat, tentunya juga oleh para guru. Hal ini biasanya dilakukan untuk melestarikan atau mengenalkan kembali budaya lingkungan yang ada di daerah Sasak, sehingga para pelajar dapat mengetahui budaya lingkungan di daerahnya. Dalam dunia pendidikan, guru dapat menghadirkan budaya lokal melalui ekstrakurikuler wajib yang harus diikuti siswa, khususnya ekstrakurikuler gerak. Di SDN 37 Cakranegara terdapat ekstrakurikuler yang bertujuan untuk menampilkan budaya Sasak yaitu "Nadwa Tuna".

KM 7 SDN 37 CAKRANEGARA (Doc. Pribadi)
KM 7 SDN 37 CAKRANEGARA (Doc. Pribadi)

Nadwa Tuna adalah ekstakurikuler tari rudat yang sudah berdiri selama 16 tahun di SDN 37 Cakranegara yang terdiri dari 24 anggota yaitu 20 penari (Perempuan) dan 4 penabuh/pemusik (laki-laki). Berikut adalah struktur bentuk dan makna kesenian tari Rudat Nadwa Tuna;

  • Gerakan Berajong, gerakan awal yang memiliki makna keberanian.
  • Gerakan Menyamping, gerakan kedua yang memiliki makna pemberitahuan.
  • Gerakan Memohon Restu, gerakan ketiga yang memiliki makna memohon restu kepada sang pencipta.
  • Gerakan Siap Siaga, gerakan keempat yang bermakna mempersiapkan diri.
  • Gerakan Menyerang, gerakan kelima yang bermakna serangan terhadap lawan.
  • Gerakan Waspada, gerakan keenam yang bermakna kewaspadaan akan serangan mendadak.
  • Gerakan Bertahan merupakan gerakan ketujuh yang bermakna upaya pertahanan diri.
  • Gerakan Melingkar merupakan gerakan kedelapan yang bermakna mengepung lawan.
  • Gerakan Menangkis merupakan gerakan kesembilan yang bermakna bertahan sambil melawan.
  • Gerakan Meminta Maaf merupakan gerakan kesepuluh yang bermakna permintaan maaf.

by: Mahasiswa Kampus Mengajar 7 SDN 37 Cakranegara

  • Arman Maulana
  • Asty Murniati
  • Gita Qurataini
  • Hera Sukmawati
  • Mutiatun Sholeha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun