Gengsi sosial dan perbandingan diri dan kelas sosial menjadi semacam suatu hal yang diperlombakan. Sehingga mungkin akan kelihatan terlalu miskin apabila ikut menjual. Akibatnya, membeli jalan keluar yang paling tepat untuk menunjukkan status sosial. Selain daripada hal itu, banyak orang Manggarai selalu mengatakan bahwa belum tau cara menciptakan satu produk dan pengolahan lanjutan seperti yang dilakukan penjual-penjual tahu isi atau bakso pentol.Â
Menurut saya alasan semacam ini merupakan salah satu teknik klasik. Bahwasanya akses ke dunia pendidikan pada era digitalisasi ini tidak lah sulit. Kita dapat berlajar sambil berbaring dari YouTube dan platform digital lainnya. Jadi yang benar adalah bukan soal SDM yang rendah tetapi kesadaran dan kemauannya atau tekad yang kuat untuk berusaha, itulah yang kita butuhkan. Mau hidup sederhana dan berusaha untuk baca peluang.
Saya lebih terinspirasi ketika melihat bahwa perantau-perantau dari jawa dan padang, hadir dan tinggal dalam keadaan begitu Sederhana di Manggarai, akan tetapi demikian, mereka lebih menguasai ekonomi di tanah Nuca Lale.
Tentunya kita tidak akan menolak kenyataan ini, tetapi menjadikan ini sebagai pelatih untuk kita kemudian ikut "nimbrung" dalam aktivitas yang sama.
Heraklitus Efridus
(Tulisan ini bersifat pribadi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H