Untuk kamu yang berkenalan dengan nama kisah. Kehidupan tidak menghendaki kita untuk terus terjebak di masa lalu. Kita perlu merekonsiliasi segala peristiwa di masa lalu agar dapat dengan mudah untuk melangkah ke depan.Â
Ini tentang catatan kaki kita atau, yang kamu sebut sebagai sejarah itu. Hari ini tentu berbeda dengan hari kemarin, hal yang sama dengan sejarah hidup kita. Bila mungkin cobalah mengingat kembali masa lalu. Aku mengingat kata Soren Kierkegaard, hidup hanya bisa dipahami ke belakang, tetapi harus dijalani ke depan.Â
Ada banyak kisah yang mungkin kita tidak mengerti di masa lalu dan hari ini kita memahaminya. Mungkin juga besok. Seorang filsuf, namanya Aristoteles, mengatakan agar kita pandai memilih dan mengklasifikasikan segala yang ada di muka bumi. Menentukan mana yang harus disiapkan, disisipkan, dan mana yang harus digunakan untuk masa sekarang dan masa depan.Â
Bagaimanapun semua kisah akan memberi nilai yang baik bagi kita. Memang saat yang baik tidak pernah luput dari saat yang tidak baik, tetapi toh kita tetap saja melakoninya. Perjalanan selama ini mungkin tidaklah indah tanpa kamu.Â
Memang benar bahwa kita akan mampu mengenali diri saat kita berada bersama orang lain. Akan tetapi seperti dunia yang tak pernah luput dari awan gelap, begitu pun catatan kaki kita tidak pernah luput dari antukan batu egoisme. Salah mengerti dan selisih paham tidak pernah luput dari malamnya hidup kita.Â
Jika kita sadar akan hal itu, tentu saja mata kita tak kurang terang menyaksikan bintang yang senantiasa mendekorasi semesta yang gelap. Sudah terlalu banyak kesalahan di dunia ini. Kita hanya perlu belajar darinya, untuk kemudian hari tidak melakukan hal yang sama.
Ada saat di mana kita merasa tidak bersalah dan menganggap diri paling benar. Mungkin ini kekeliruan. Namun siapakah di dunia ini yang paling ngotot mengakui dirinya paling salah. Ada begitu banyak kebenaran yang kita buat. Tapi coba kamu pikirkan. Coba kita pikirkan bersama. Mungkinkah dalam kebenaran-kebenaran itu tidak ada yang salah?Â
Mengetahui benar dan salah, baik dan buruk telah kita pelajari dari orangtua dan agama kita, dengan ajaran etikanya. Nyatanya dalam kebenaran masih ada setitik kesalahan, oleh karena pandangan kita berbeda. Karena itu, hendaklah menjadi sebuah hati yang merendah. Hati yang mau mengalah dan memohon maaf. Kadang untuk membenarkan diri pun kita menyalahkan orang lain. Ya kan?
Tetapi pertanyaannya siapa yang mau disalahkan. Semua ini hanya untuk memenuhi rasa kepentingan diri kita. Ini sangatlah manusiawi dan normal.
Dan sekarang pun, aku malah banyak mengukir kata. Orang bilang permainan kata itu memang sangat mengasyikan. Akan tetapi, kita memang perlu untuk berhati-hati dengan sebutan "The Power Of Word." Salah jalan malah kita membunuh psikologi orang lain.Â
Aku sangat merindukan masa lampau, tetapi aku tidak berniat untuk kembali. Kita hanya perlu melihatnya dengan konsep yang lain, seperti apa yang kita alami kini. Adapun kita kembali apakah kita akan menemukan mereka atau hal yang sama seperti dulu.