Fenomena video pencitraan Jokowi di media sosial memberikan pelajaran penting dalam komunikasi politik di Indonesia. Media sosial, meskipun efektif sebagai alat untuk membangun hubungan dengan pemilih muda, juga membawa risiko jika digunakan hanya untuk tujuan pencitraan tanpa disertai dengan substansi yang jelas. Video seperti yang menampilkan Jokowi melihat ibu-ibu joget dan bernyanyi, meskipun viral, menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana konten tersebut mencerminkan kebijakan atau visi yang lebih besar.
Dengan Hal ini, politisi di Indonesia perlu lebih bijak dalam menggunakan media sosial untuk komunikasi politik. Pencitraan yang efektif harus seimbang dengan kebijakan yang nyata dan dapat dipertanggungjawabkan. Hanya dengan cara ini, politisi dapat membangun kepercayaan dan menjaga kualitas komunikasi politik yang mendalam, yang pada akhirnya akan mendukung demokrasi yang lebih sehat dan inklusif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H