Keputusan Guardiola untuk memindahkan Gvardiol ke lini tengah ternyata menjadi bumerang. Meskipun dimaksudkan untuk menciptakan kontrol, perubahan ini justru meninggalkan celah di pertahanan, terutama saat transisi. Pergerakan Diallo dan Antony di sisi sayap mengeksploitasi ruang yang ditinggalkan oleh bek sayap City, menciptakan peluang-peluang berbahaya. City mendominasi penguasaan bola dengan persentase mencapai 60%, mencerminkan filosofi permainan Guardiola yang menekankan kontrol permainan melalui passing pendek dan pergerakan dinamis. Namun, dominasi ini tidak efektif dalam menciptakan peluang berbahaya, terbukti dengan minimnya tembakan tepat sasaran. Sebaliknya, United bermain lebih pragmatis, fokus pada pertahanan solid dan serangan balik cepat yang memanfaatkan celah di lini belakang City.
Mentalitas dan Dinamika Tim
United menunjukkan bahwa sepak bola tidak hanya soal taktik, tetapi juga mentalitas. Tertinggal satu gol di kandang lawan, mereka tetap percaya pada peluang mereka. Amorim berhasil menanamkan semangat pantang menyerah yang telah lama hilang dari klub ini.
Sebaliknya, City menghadapi masalah internal yang mulai terungkap. Kritik dari pemain bintang mereka terhadap rekan setim setelah pertandingan mengindikasikan ketegangan yang bisa memengaruhi perjalanan mereka ke depan. Guardiola, meskipun dikenal sebagai manajer hebat, kini ditantang untuk memperbaiki dinamika timnya.
More Than Game
Derby Manchester kali ini bukan hanya soal kemenangan dan kekalahan. Ini adalah cerita tentang keberanian, strategi, dan momen-momen kecil yang mengubah segalanya. Ruben Amorim, dengan kemenangan ini, tidak hanya mengambil tiga poin tetapi juga mengukuhkan tempatnya dalam peta taktik sepak bola Inggris.
Bagi United, kemenangan ini adalah awal dari perjalanan baru. Bagi City, ini adalah pengingat bahwa dominasi membutuhkan lebih dari sekadar nama besar. Di balik gemerlap Etihad, sepak bola kembali mengajarkan bahwa dalam permainan ini, segala sesuatu mungkin terjadi hingga peluit terakhir berbunyi.
Derby ini akan dikenang sebagai salah satu yang terbaik dalam sejarah Manchester, mengingatkan kita bahwa sepak bola adalah seni, dan seni ini hidup dalam ketidakpastian yang indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H